Namun, bukan berarti kamu bisa menghabiskan gajimu untuk berfoya-foya lho. Begitu lulus kuliah dan mendapat pekerjaan, kamu harus mulai belajar untuk mandiri secara emosional dan bahkan finansial.

Mandiri secara finansial bukan hanya sekadar membiayai segala kebutuhan hidup seorang diri tanpa bantuan orangtua, tetapi juga mampu mengelola keuangan dan membangun masa depan finansial yang cemerlang.

Mengelola keuangan memang bukan hal mudah, terutama bagi seorang fresh graduate yang belum benar-benar paham tentang keuangan. Jadi, wajar saja bila kamu sering melakukan kesalahan dalam hal pengelolaan keuangan.

Oleh karena itu, kami merangkum lima kesalahan yang kerap dilakukan para fresh graduate agar kamu bisa mengantisipasi atau mengatasi masalah keuangan.

Malas mencari tahu

Malas merupakan salah satu sifat manusia yang membawa dampak buruk. Jangankan malas berinvestasi, sesederhana malas mencari tahu informasi terkait keuangan saja bisa memengaruhi kondisi finansialmu.

Dengan mencari tahu profil finansial serta menambah pengetahuan dan wawasan sebanyak-banyaknya, kamu bisa merumuskan cara atau menerapkan metode yang paling tepat dalam mengatur keuangan. Jadi, gajimu tidak hanya sekadar numpang lewat di rekening.

Menghambur-hamburkan gaji

Kebanyakan fresh graduate selalu menggunakan gaji pertama untuk berfoya-foya, mulai dari makan mewah hingga berbelanja baju atau sepatu baru. Tidak masalah bila hal ini hanya dilakukan sekali saja. Namun, jika menjadi sebuah kebiasaan, maka akan menimbulkan masalah keuangan jangka panjang.

Coba buat anggaran pengeluaran setiap bulan dan usahakan untuk mematuhi perencanaan yang telah dibuat. Hal ini penting dilakukan jika kamu ingin memiliki sisa gaji untuk dialokasikan ke tabungan dan juga investasi.

Tidak menyisihkan pendapatan untuk dana darurat

Kita tidak akan pernah tahu pasti apa yang akan terjadi dalam hidup. Meskipun masih berusia muda, bukan berarti kamu akan terbebas dari yang namanya risiko kehidupan, entah itu kecelakaan atau terkena PHK. Di saat seperti ini, kamu butuh dana darurat yang bisa digunakan sewaktu-waktu.

Sayangnya, tidak sedikit yang belum menyadari pentingnya menyisihkan sebagian penghasilan untuk dana darurat dengan alasan gaji kecil atau banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Mulai sekarang, ubah prioritas kamu dengan mengalokasikan sebagian gajimu ke pos dana darurat ketimbang anggaran hiburan.

Idealnya, kamu harus memiliki dana darurat dalam bentuk uang tunai atau harta yang bersifat likuid sebesar enam kali jumlah pengeluaran dalam sebulan. Sebagai langkah awal, kamu bisa mulai mempersiapkan minimal 30 persen dari target dana darurat.

Salah berutang

Demi memenuhi gaya hidup, banyak fresh graduate yang rela berutang. Pertanyaannya, bolehkah kita berutang? Jawabannya boleh saja, selama sifatnya produktif dan nilai cicilannya tidak lebih dari 35 persen pendapatan. Utang produktif sendiri merupakan utang yang tujuan peminjamannya adalah untuk mendapatkan manfaat finansial dan nilai barangnya cenderung mengalami kenaikan, seperti rumah atau usaha.

Kebalikan dari utang produktif, utang konsumtif tidak memberikan manfaat finansial atau harga barangnya mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Beberapa contoh utang konsumtif adalah membeli smartphone keluaran terbaru atau jalan-jalan ke luar negeri dalam rangka liburan.

Menunda memiliki asuransi

Kebanyakan fresh graduate memilih untuk menunda memiliki asuransi dengan berbagai alasan, entah itu tidak memiliki cukup uang, belum tahu produk asuransi yang sesuai, merasa belum waktunya, atau prosesnya terlalu rumit. Faktanya tidak demikian.

Kini, asuransi hadir dalam beragam pilihan produk yang bisa disesuaikan dengan kondisi finansial maupun kebutuhan masa depan. Selain itu, proses pembelian preminya pun menjadi jauh lebih mudah.

Dengan berasuransi, kamu juga bisa sekaligus berinvestasi. Keuntungan yang didapat pun jauh lebih besar ketimbang menabung. Itulah kenapa asuransi menjadi salah satu hal yang wajib dimiliki sejak dini.