Konsumtif juga dikenal sebagai perilaku yang berlebihan dan tidak terkendali. Hal ini juga terjadi saat seseorang cenderung membeli barang atau jasa tanpa mempertimbangkan kebutuhan atau kondisi keuangan secara bijak.

Fenomena perilaku konsumtif ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang dan masyarakat secara keseluruhan. Dalam artikel ini, kita akan mengulas apa itu konsumtif, mengidentifikasi ciri-ciri konsumtif, apa saja dampaknya, dan beberapa cara untuk mengatasi perilaku konsumtif.

Ciri-Ciri Konsumtif

Beberapa ciri perilaku konsumtif yang sering dialami, namun jarang disadari oleh seseorang antara lain adalah sebagai berikut:

1. Pembelian Impulsif

Pembelian impulsif ini terjadi saat seseorang cenderung membeli tanpa merencanakan atau mempertimbangkan kebutuhan sehari-hari. Sehingga pembelian impulsif ini jelas tanpa perencanaan atau pemikiran yang matang sebelumnya. Keputusan pembelian dilakukan secara mendadak, biasanya dipicu oleh faktor emosional, daya tarik visual, atau tekanan situasional.

Misalnya saja pembelian impulsif seringkali dipengaruhi oleh emosi seperti kegembiraan, kesedihan, stres, atau rasa lapar. Emosi tersebut dapat memicu keinginan untuk segera memuaskan diri dengan membeli sesuatu.

2. Penggunaan Kartu Kredit Berlebihan

Mengandalkan kartu kredit untuk membeli barang atau jasa tanpa memperhatikan kemampuan untuk melunasi menjadi salah satu ciri-ciri perilaku konsumtif. Ketahuilah bahwa penggunaan kartu kredit berlebihan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap keuangan dan kesejahteraan seseorang.

Ada beberapa efek yang mungkin terjadi akibat penggunaan kartu kredit yang tidak terkendali, antara lain adalah tingginya utang. Penggunaan kartu kredit dapat mengakibatkan akumulasi utang yang tinggi. Jika seseorang hanya membayar jumlah minimum setiap bulan, utang tersebut dapat terus bertambah akibat bunga dan biaya lainnya.

3. Barang Tak Berguna Menumpuk

Membeli barang yang tidak terlalu dibutuhkan sehingga menumpuk merupakan salah satu ciri gaya hidup yang konsumtif. Fenomena ini terjadi di mana seseorang secara berlebihan membeli barang atau benda yang sebenarnya tidak benar-benar diperlukan atau tidak memberikan nilai signifikan dalam kehidupan sehari-hari.

Hal tersebut salah satunya terjadi karena sikap belanja yang impulsif, saat seseorang terjebak dalam budaya konsumtif yang mendorong untuk terus membeli barang-barang baru, meskipun barang tersebut mungkin tidak benar-benar diperlukan. Hal ini dapat dipicu oleh iklan, tren mode, atau tekanan sosial.

4. Tekanan Sosial

Tekanan sosial memainkan peran penting dalam membentuk gaya hidup konsumtif, di mana individu merasa terdorong untuk memenuhi standar tertentu yang ditetapkan oleh masyarakat atau kelompok sosialnya. Misalnya saja saat seseorang merasa perlu membeli barang atau merek tertentu untuk mencapai standar sosial atau citra diri yang diinginkan.

Faktor tekanan sosial ini dapat mempengaruhi perilaku belanja dan keputusan konsumsi seseorang. Melalui media sosial, selebriti, dan tren mode seringkali menciptakan tekanan sosial untuk mengikuti gaya hidup dan memiliki barang-barang terkini atau "up to date" agar terlihat sesuai dengan standar yang diterima.

Hal tersebut terjadi karena masyarakat sering kali menilai status sosial seseorang berdasarkan barang-barang yang dimilikinya. Tekanan untuk mempertahankan atau meningkatkan status sosial dapat mendorong seseorang untuk terlibat dalam gaya hidup yang konsumtif.

5. Tidak Memiliki Rencana Keuangan

Kurangnya perencanaan keuangan jangka panjang dapat menjadi salah satu ciri-ciri konsumtif, yaitu seseorang tidak menyisihkan dana untuk kebutuhan mendesak atau masa depan. Seseorang yang konsumtif akan lebih condong untuk menghabiskan uangnya daripada menyisihkan sebagian untuk ditabung atau diinvestasikan. Ini dapat menyulitkan pencapaian tujuan keuangan seperti dana darurat, pendidikan, atau pensiun.

Konsumsi berlebihan dan kurangnya rencana keuangan jangka panjang dapat menyebabkan stres finansial, yang kemudian dapat membuat sulit untuk fokus pada perencanaan keuangan yang lebih besar.

Meskipun begitu, perlu diingat bahwa setiap orang memiliki kondisi keuangan yang berbeda. Ada orang yang suka berbelanja tetapi tetap bisa mengatur keuangannya dengan baik. Namun, ada juga orang yang mungkin membutuhkan bantuan untuk mengembangkan kebiasaan keuangan yang lebih sehat.

Kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan jangka panjang, edukasi finansial, dan pengembangan keterampilan manajemen keuangan dapat membantu seseorang untuk mengatasi perilaku konsumtif dan membangun dasar keuangan yang lebih kokoh.

Dampak Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif dapat memiliki dampak yang signifikan, baik pada individu maupun masyarakat secara keseluruhan, di antaranya yaitu:

  • Masalah Keuangan

Perilaku konsumtif dapat menyebabkan seseorang terjerat utang dan kesulitan keuangan. Orang yang konsumtif mungkin kesulitan membayar tagihan bulanan, sehingga bisa terlambat bayar, kena denda, dan skor kreditnya turun. Selain itu, mereka juga mungkin kesulitan menyisihkan dana darurat, sehingga bisa kesulitan menghadapi situasi darurat tanpa berutang.

Untuk mengatasi masalah keuangan akibat perilaku konsumtif, penting untuk mengembangkan kebiasaan pengelolaan keuangan yang lebih baik. Misalnya, membuat anggaran, menyusun rencana keuangan jangka panjang, dan mengurangi pembelian impulsif. Edukasi finansial dan konsultasi dengan penasihat keuangan juga bisa membantu.

  • Stres Emosional

Dampak lain dari sifat konsumtif adalah kurangnya kesadaran akan perilaku konsumtif itu sendiri dan pada akhirnya menimbulkan masalah keuangan yang dapat menyebabkan stres emosional. Kondisi keuangan yang buruk karena konsumsi berlebihan dapat menyebabkan stres finansial dan tekanan psikologis yang signifikan. Stres ini dapat memengaruhi kesejahteraan mental dan emosional seseorang.

Jika sudah berumah tangga, tetapi tidak memiliki kepastian mengenai masa depan keuangan, termasuk bagaimana memenuhi kebutuhan sehari-hari atau membayar tagihan, maka dapat menciptakan tingkat ketidakpastian yang tinggi. Hal ini tentu akan menyebabkan stres, kecemasan, dan juga masalah rumah tangga lain yang beragam.

Jika stres emosional terkait masalah keuangan berlanjut atau berdampak pada kesehatan mental, penting untuk mencari bantuan profesional seperti konselor atau terapis yang dapat memberikan dukungan dan bimbingan.

  • Pemborosan Sumber Daya Alam

Tak hanya berakibat pada masalah keuangan dan pribadi, ternyata perilaku konsumtif juga berkontribusi pada pemborosan sumber daya alam, energi, dan material. Karena ketika seseorang berperilaku konsumtif dan tidak menerapkan gaya hidup berkelanjutan atau sustainable living, akan berakibat pada eksploitasi sumber daya alam yang jelas memiliki dampak negatif pada lingkungan.

Misalnya perilaku konsumtif yang berlebihan mendorong pembelian barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan. Hal ini menyebabkan produksi berlebihan, menggunakan lebih banyak bahan baku, energi, dan sumber daya alam.

Ada juga penggunaan barang-barang sekali pakai seperti, kemasan plastik, botol air, dan kantong kresek belanja. Hal ini menyebabkan peningkatan limbah plastik yang sulit terurai dan merusak lingkungan.

Tak hanya itu, kebiasaan membeli makanan dalam jumlah berlebihan atau memilih makanan yang diproduksi secara tidak berkelanjutan dapat menyebabkan pemborosan sumber daya alam seperti air, tanah, dan energi dalam rantai produksi pangan.

Untuk mengurangi dampak negatif pemborosan sumber daya alam akibat sifat konsumtif, diperlukan perubahan dalam pola konsumsi menjadi lebih berkelanjutan. Hal ini melibatkan kesadaran akan dampak lingkungan dari keputusan konsumsi, memilih produk yang lebih ramah lingkungan, mendaur ulang, dan mengurangi pembelian barang-barang yang tidak diperlukan.

Cara Mengatasi Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif bukanlah perilaku yang baik jika dibiarkan terus menerus, oleh karena itu perlu cara untuk mengatasi perilaku konsumtif.

Untuk mengatasi perilaku konsumtif, diperlukan kesadaran dan langkah-langkah nyata antara lain adalah sebagai berikut:

1. Membuat Anggaran Belanja

Merencanakan dan mengelola anggaran belanja untuk menghindari pembelian yang tidak perlu sangatlah penting. Karena anggaran belanja dapat membantu mengurangi sifat konsumtif dan meningkatkan manajemen keuangan pribadi.

Dalam membuat anggaran, diperlukan peninjauan menyeluruh terhadap pendapatan dan pengeluaran. Hal ini membantu meningkatkan kesadaran finansial, yang membuat seseorang lebih memahami penggunaan uangnya. Jadi, dengan membuat anggaran, seseorang dapat menetapkan batas dan kendali atas pengeluarannya. Ini membantu mencegah pembelian impulsif dan konsumsi berlebihan.

Dengan begitu, seseorang dapat menciptakan dasar keuangan yang lebih stabil, mengurangi sifat konsumtif yang tidak terkendali, dan merencanakan masa depan keuangan yang lebih baik. Membuat anggaran bukan hanya alat perencanaan keuangan, tetapi juga menjadi panduan untuk mencapai tujuan keuangan yang lebih besar.

2. Memahami Emosi Diri Sendiri

Untuk mengatasi perilaku konsumtif, seseorang harus dapat mengetahui penyebab emosional di balik pembelian impulsif dan mencari alternatif untuk mengatasi emosinya tersebut. Misalnya, saat seseorang sangat bahagia melihat baju bermerek yang diiklankan oleh bintang idolanya, ada keinginan yang kuat untuk membeli dan memilikinya. Bahagia merupakan sifat emosional yang dimiliki seseorang, yang akhirnya mendorong pembelian impulsif, padahal belum tentu seseorang itu membutuhkan baju tersebut.

Jika seseorang dapat memahami emosi diri mereka dengan baik, seseorang dapat mengidentifikasi dan memahami hal-hal yang mendorong keinginan untuk berbelanja atau mengonsumsi berlebihan. Apakah itu untuk mengatasi stres, mencari kepuasan instan, atau memenuhi kebutuhan emosional tertentu, pemahaman ini menjadi langkah pertama untuk mengatasi sifat konsumtif.

Dengan memahami emosi diri juga memungkinkan seseorang untuk mengidentifikasi alternatif positif dalam mengatasi kebutuhan tertentu tanpa harus melibatkan konsumsi barang-barang tidak berguna. Misalnya saja mengekspresikan diri melalui seni, olahraga, meditasi, atau berbicara dengan seseorang untuk mendapatkan dukungan emosional.

Melalui pemahaman emosi yang baik, seseorang dapat membentuk hubungan yang lebih sehat dengan uang dan konsumsi, meningkatkan kesejahteraan emosional, dan membuat keputusan keuangan yang lebih bijak. Pada akhirnya, kesadaran diri dan kemampuan untuk merespons emosi dengan cara yang lebih positif dapat membantu mengatasi sifat konsumtif.

3. Prioritaskan Kebutuhan

Membedakan antara keinginan dan kebutuhan, serta berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar terlebih dahulu adalah cara jitu untuk mengatasi masalah perilaku konsumtif. Karena memprioritaskan kebutuhan adalah langkah penting untuk mengatasi perilaku konsumtif dan membangun pola pengeluaran yang lebih sehat.

Beberapa langkah yang dapat membantu Anda memprioritaskan kebutuhan antara lain dengan menentukan kebutuhan utama Anda yang harus dipenuhi, seperti makanan, tempat tinggal, pendidikan, dan perawatan kesehatan. Fokus pada hal-hal ini sebagai prioritas dalam anggaran dan pengeluaran harian.

Selain itu, pelajari cara mengenali perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah hal-hal esensial untuk kelangsungan hidup, sementara keinginan adalah hal-hal yang mungkin dapat dihindari atau ditunda. Pastikan untuk selalu berpikir saat akan membeli sesuatu, apakah hanya dorongan keinginan, ataukah memang benar-benar butuh.

Dengan memprioritaskan kebutuhan dan mengikuti strategi anggaran yang bijak, Anda dapat membentuk pola pengeluaran yang lebih sehat dan mengatasi perilaku konsumtif. Selalu ingat bahwa kepuasan jangka panjang dan kesejahteraan finansial sering kali terletak pada kemampuan untuk memprioritaskan kebutuhan yang lebih penting daripada keinginan yang bersifat sementara.

4. Edukasi Finansial

Edukasi finansial memiliki peran penting dalam membantu seseorang mengatasi perilaku konsumtif.  Beberapa alasan edukasi finansial dapat membantu mengatasi masalah perilaku konsumtif antara lain adalah dapat membantu seseorang memahami dampak negatif dari perilaku konsumtif, termasuk utang berlebihan, stres finansial, dan ketidakstabilan keuangan. Kesadaran ini menjadi dasar untuk merubah pola konsumsi.

Edukasi finansial juga dapat meningkatkan pemahaman tentang manajemen keuangan, investasi, dan pengelolaan risiko keuangan. Seseorang dapat mengenali dan menetapkan prioritas keuangan mereka dengan lebih baik. Mereka dapat belajar untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan serta menentukan alokasi dana yang sesuai.

Tak hanya itu, edukasi finansial yang dapat membantu seseorang mengembangkan keterampilan manajemen keuangan yang diperlukan untuk merencanakan anggaran, menyusun tujuan keuangan, dan mengelola pengeluaran. Sehingga, ini dapat membantu dalam menciptakan manajemen keuangan yang lebih baik.

Perilaku konsumtif dapat memiliki dampak serius pada kehidupan finansial dan kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu, penting sekali untuk mengetahui apa itu konsumtif, mengenali ciri-cirinya, memahami dampaknya, dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengatasi perilaku konsumtif. Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, seseorang dapat menciptakan pola konsumsi yang lebih baik.